Kamis, 31 Desember 2009

BULAN

BULAN

Malam ini, kubuka jendela
Kupandang langit biru yang indah
Bulan purnama bersinar terang
Menghiasi angkasa raya

Sungguh indah ciptaan-Mu
Sungguh besar kuasa-Nya
Mengagumkan...
Apa yang diciptakannya
Dan hatiku bersyukur atas
Anugrah-Nya

SERIBU EMBER AIR

SERIBU EMBER AIR
Anak itu bernama yukio. Tinggal di sebuah desa didekat pantai. Orang-orang di desa itu bermata pencaharian sebagai pemburu ikan paus. Suatu hari yukio bertanya kepada ayahnya. Yukio : “mengapa ayah membunuh ikan paus paus itu?”
Ayah : “ Karena itu pekerjaan ayah.” Jawab ayahnya
Yukio tetap tidak mengerti. Lalu ia bertanya kepada kakeknya.
Yukio : “Kek, kenapa ayh membunuh ikan-ikan paus itu?”
Kakek : “Ayahmu mengerjakan yang harus ia kerjakan ,” jawab kakeknya.
Kakek : “Jangan ganggu dia, Yukio,pergilah bermain ke pantai,”
Yukio : “Tapi yukio masih belum mengerti kek. Kenapa ayah dan teman-temannya membunuh ikan paus?”
Kakek yukio tersenyum.
Kakek: “ tanyakan hal itu kepada laut,yukio.”
Meski belum mengerti, Yukio pergi juga ke pantai. Diambilnya sebuah ember kecil untuk bermain pasir. Di,pantai, dilihatnya beberapa binatang kecil bermunculan dari pasir di dekat kakinya. Suara pekikan camar bergema di langit, berpadu dengan suara ombak memecah. Tapi apakah itu? Sebuah benda hitam besar tergeletak di dekat karang sana. Benda itu bergerak-gerak.
Yukio menghampiri benda itu Dilihatnya seekor ikan paus tergeletak diantara karang. Ikan paus itu tersangkut ketika pasang surut. Ekornya yang besar menggelapar di pasir, seakan meminta pertolongan. Matanya yang sebesar tangan Yukio terbelak kertakutan. Yukio tahu, ikan paus itu tak akan bias hidup lama jika tidak segera dikembalikan ke laut.
Yukio : “Aku akan menolongnya tapi, bagaimana? Ikan paus itu begitu besar, sebesar kuil. Sedangkan tubuhku kecil sekali.’
Yukio berlari ke tepi laut. Ia berharap pasang segera tiba. Dan, akhirnya air laut memang naik, tapi pelan sekali. Jarak tepi air dengan ikan paus itu masih sekitar sepuluh langkah lagi. Siang itu. Matahari bersinar terik. Yukio takut ikan paus itu mati karena kepanasan .
Saat itu juga, Yukio mengambil ember kecilnya. Diisinya ember itu dalam air, lalu disiramkan ke kepala ikan paus.
Yukio :”Kamu sangat besar sedangkan emberku sangat kecil Tapi aku akan menyiramkan seribu ember air ke tubuhmu agar tak kepanasan.”
Ember air ke dua telah disiramkan. Begitu juga dengan ember selanjutnya. Tapi, Yukio harus membasahi setiap bagian ikan raksasa itu. Atau, ikan itu akan mati terpanggang sinar matahari.
Yukio terus berlari ke tepi laut, mengambikl air, berlario kembali ke tempat ikan paus. Begitu terjadi berulang kali. Yukio menghitungm, sudah menyiramkan berember-ember air ke tubuh ikan paus, empat ember ke bagian ekor, serta tiga kali ke kepala. Berapa ember lagi yang harus disiramkan?
Yukio duduk beristirahat di balik tubuk raksasa ikan paus itu. Sekedar menenangkan nafasnya yang terengah-engah.Jantungnya berdetak cepat sekali. Begitu melihat mata ikan paus malang itu, ia teringat janjinya. SERIBU EMBER AIR.!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Disiramkan? Yukio sudah tidak bisamenghitung. Tubuhnya sudah terasa begitu lemas. Tapi,ia tahu ia tidak boleh berhenti
Yukio dudukberistirahat di balik tubuh raksasa ikan paus itu. Sekedar menenangkan nafasnya yang terengah-engah. Jantungnya berdetak cepat sekali. Begitu melihat mata besar ikan paus malang itu,ia teringat janjinya SERIBU EMBER AIR!
Yukio mengisi embernya, lagi dan lagi. Punggungnya sakit. Tapi, ia tak mau berhenti. Sampai akhirnya……, Yukio terjatuh dan tidak bias bangun lagi. Yukio merasakan panasnya matahari memanggang tubuhnya yang kecil di pasir pantai. Beberapa saat kemudian, yukio merasa tubuhnya diangkat seseorang. Dan,orang itu meletakkan di sebelah batu karang yang teduh.
Yukio membuka mastanya
Yukio: “kakek……?”
Yukio seakan tidak mempercayai penglihatannya. Kakek menggantikan mengambil air laut. Lalu mondar-mandir menyiramkan ke tubuh ikan paus . Agak lama kemudian, tubuh renta kakek yukio sudah tidak kuat lagi. Semakin lama kakek Yukio berjalan semakin perlahan.
Yukio ; “cepat kek” jerit yukio dalam hati
Tiba-tiba yukio mendengar suara rebut-ribut dari kejauhan. Oh, itu ayahnya dan seluruh penduduk desa. Mereka lari menuju lautdengan membawa ember.kain, serta benda lain yang bisa membawa air.
Beberapa saat kemudian, tubuh ika\n paus telah basah, lalu berlahan-lahan , air ;aut yang pasang mulai naik. Himgga akhirnya menutupi ekor besar ikan paus itu.
Penduduk berlarian ke depan dank e belakang membawa air dan menyiramkannya ke tubuh ikanpaus. Mereka melakukannya dengan gembira. Yukio yakin, ikan paus itu akan selamat.
Ayah yukio mendekatdan berdiri di depannya.
Yukio : “terima kasuih ayah,”
Ayah : “ Kamu kuat dan hebat. Yukio,tapi untuk menolong ikan paus itu perlu banyak orang.”
Sekaramg ikan paus itu bergerak-gerak terdorong ombak. Lalu tiba-tiba segulunfg ombak besar menghempaskan ikan itu dari himpitan karang dan mengembalikan ke air yang dalm. Sejenak ikan itu terdiam, kemudian mengepakkan ekornya dan bere\nang ke tengah laut.
Penduduk desa tertsernyum . Ketika ikan paus itu tidak kelihatan lagi, mereka pun pulangl. Sementara yukio masih dalam pelukan ayahnya. Ia tertidur setelah membawa seribu ember air.

GURU

GURU

Sungguh mulia jasamu
Mengejar orang dungu
Keluar dari masa kelabuu

Tak peduli seberapa kekayaanku
Tak peduli apa suku bangsaku
Engkau mengejarku tanpa ragu
Tanpa rasa penyesalan

Ketika kubertanya,
Apa yang harus kubalas?
Engkau berkata,
Tunjukkan,tunjukkan pada dunia
Kalau kau bisa berguna

Setelah kau tiada
Kan kulanjutkan pengabdianmu
Seruanmu kan kujadikan pegangan
Tuk terus melaju tanpa ragu

SURABAYA

SURABAYA

Surabaya iku kuthaku
Neng kono aku dilairno
Kuthaku resik lan ijo royo-royo
Kutha panggonane pahlawan
Lan pejuang-pejuang
Arek Suroboyo
Neng kono Jendral Mallaby
Mati amarga ditarong
Arek-arek Surabaya
Jembatan abang iku buktine
Ana ing kono arek-arek Surabaya
Ditembak mati karo wolondo
Suroboyo ing atiku
Surabya kang paling ngangeni
Ora bisa ngaleh saka batinku
Surabayaku…
Sejarahmu gawe tangis atiku
Saka kuthamu iki arek-arek Surabaya
Ndhadekake generasi sing apik
Oh…Surabayaku
Aku janji
Aku terus njaga kutha pahlawan iki